Baca Juga
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bapak
saya mau tanya, saya mau bertaubat di jalan Allah, tapi kenapa apa yang
saya niatkan selalu gagal dan malah kehidupan saya kacau balau, tapi di
hati kecil saya, saya ingin sekali hidup yang selalu melakukan kebaikan
dan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, jadi saya
mesti gimana?
-Iwan Shonata Meishie-
Jawaban:
Wa’alaikum salam Warahmatullah, terima kasih atas pertanyaan yang anda ajukan, semoga Allah selalu melimpahkan kita taufiq dan hidayah-Nya. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Taubat dari dosa yang telah diperbuat
oleh seorang muslim dan saat itu juga ia sedang berusaha menuju kepada
jalan Allah adalah perintah agama. Dalam Al Quran dijelaskan tentang
dalam Surat At-Tahrim ayat 8, yang berbunyi:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ
النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا
نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (8)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat
yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi
dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS.
At Tahrim: 8)
Hakikat
taubat adalah memantapkan diri untuk bertaubat kepada-Nya dengan
disertai perbuatan akal, hati dan tubuh sekaligus. Dimulai dengan
perbuatan akal, kemudian diikuti perbuatan hati, dan nantinya akan
menghasilkan perbuatan tubuh dan berjanji tidak akan melakukan perbuatan
yang melanggar syariat, seperti penuturan Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin
adalah sebuah makna yang memiliki tiga faktor yaitu ilmu/pengetahuan,
hati/keinginan dan amal. faktor tersebut memiliki kesinambungan yang
erat.
Faktor Pengetahuan
faktor
pertama adalah ilmu/pengetahuan. Yang tampak dalam pengetahuan manusia
akan kesalahannya dan dosanya ketika ia melakukan kemaksiatan
kepada-Nya, serta matanya terbuka sehingga ia dapat melihat
kesalahan-kesalahan, melepaskan sumbatan dari telinganya sehingga ia
dapat mendengar, dan mengusir kegelapan dari akalnya sehingga ia dapat
berpikir. Pada saat itu ia akan mengetahui keagungan Allah, kemuliaan
maqam-Nya dan kebesaran hak-Nya. Juga mengetahui kekurangan dirinya,
mengapa ia mengikuti setan, serta kerugiannya yang jelas baik dunia
maupun akhirat jika ia terus-menerus melakukan perbuatan yang melanggar
syariat.
Saat itu,
manusia butuh untuk memusatkan pikirannya, menggunakan akalnya, serta
merenungi dalam dirinya tentang kesalahan-kesalahan yang ia perbuat,
perjalanan dirinya selama ini, makna kehidupannya, kehidupan setelah
kematian dan tentang nikmat Allah yang demikian besar baginya telah ia
dustakan. Allah SWT akan menghidupkan cintanya dengan memberikan taufiq
kepadanya walaupun Allah SWT tidak butuh kepadanya. Ia mendorong
kemarahan Allah dengan melakukan maksiat, sedangkan ia adalah orang yang
amat membutuhkan Allah, dan Allah tidak menutup pintu-Nya bagi
hamba-hamba-Nya, meskipun mereka telah melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, dan Allah terus memanggil mereka:
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya”. (QS. az-Zumar: 53)
Kesadaran
jiwa adalah pangkal pertama bagi bangunan taubat. Dialah yang akan
mendorong hati untuk menyesal, kemudian bertekad untuk meninggalkan dosa
itu, lidahnya beristihgfar, kemudian tubuhnya mencegah dari melakukan
dosa itu.
Faktor Hati dan Keinginan
Penyesalan pada diri
Penyesalan sebuah ungkapan untuk
mewujudkan taubat. Karena penyesalan itu akan menghantarkan pada dua
sikap yaitu tekada kuat dan meninggalkan perbuatan maksiat. Di dalam Al
Quran telah didiskripsikan pada cerita tiga sahabat yang menyesali
dirinya tidak mengikuti perang bersama Rasulullah SAW. Keterangan
tersebut dijelaskan dalam surat Al-Taubah ayat 118, yang berbunyi:
وَعَلَى
الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ
الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا
أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ
لِيَتُوبُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (118)
Artinya:
Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat ) mereka,
hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu
luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta
mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah,
melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar
mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. at-Taubah: 118)
Oleh karena itu, hakikat taubat laksana
engkau merasakan bumi yang luas ini menjadi sempit karena dosamu, hingga
engkau tidak dapat lari darinya, kemudian kesempitan itu engkau rasakan
dalam dirimu.
Faktor Amal
Meninggalkan Kemaksiatan Secepatnya
Salah satu pokok dari taubat adalah
meninggalkan kemaksiatan secepatnya. Suatu taubat tidak bermakna jika
orang yang bertaubat itu masih tetap menjalankan kemaksiatan yang ia
sesali itu. Segera bertaubat dari dosa adalah kewajiban yang harus
dilakukan segera, dan tidak boleh ditunda. Ketika ia menundanya maka ia
bertambah dosa dengan penundaannya itu. Dan jika ia telah bertaubat dari
dosa, maka masih ada dosa yang harus ia pintakan ampunannya, yaitu dosa
menunda bertaubat. Tentang hal ini sedikit sekali dipikirkan oleh orang
yang telah bertaubat. Malah ia menyangka jika ia telah bertaubat dari
dosanya maka ia tidak memiliki dosa lagi selain itu, padahal ia tetap
memiliki dosa, yaitu menunda taubatnya itu.
Yang paling berbahaya bagi orang yang
melakukan maksiat adalah jika ia terus menunda-nunda taubat. Artinya, ia
selalu berkata: nanti aku akan kembali menjadi orang yang benar, aku
akan taubat, aku akan berhenti dari melakukan perbuatan ini dan itu.
Memperbanyak Istighfar
Seluruh orang yang bertaubat amat
membutuhkan untuk beristighfar, seperti diperintahkan oleh Al Quran dan
sunnah serta dijelaskan oleh kaum salaf saleh. Mengingat pentingnya
istighfar, dan diulangnya perintah untuk istighfar itu, serta dorongan
untuk melakukannya dalam al Quran dan hadits.
Al Quran menyampaikan kepada kita bahwa
Rasul-rasul Allah yang diutus kepada bangsa-bangsa diperintahkan untuk
ber-istighfar secara sendiri atau bersamaan. Seperti disebutkan Al Quran
tentang Nabi Nuh dan dakwahnya kepada kaumnya:
“Maka aku katakan kepada mereka:
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-
, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun
dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” [QS. Nuh: 10-12]
Mendekatkan dengan Orang-orang Shaleh
Orang yang bertaubat hendaknya
meninggalkan teman-temannya yang jahat yang mengajaknya untuk melakukan
kemaksiatan dan menarik kakinya ke arah itu. Yang membuat ia terjatuh
seperti mereka. Sehingga ia kemudian turut meminum minuman keras,
berjudi, menggunakan obat bius, memperjual belikan barang yang haram,
menerima sogokan, jatuh dalam tipu daya wanita, bekerja dengan musuh
sebagai mata-mata, atau meninggalkan shalat serta mengikuti syahwat.
Oleh karena itu, ia harus mengganti
teman-teman yang jahat itu dengan teman-teman yang baik. Yang dengan
melihat mereka saja ia akan mengingat Allah SWT, pembicaraan mereka
mengajak kepada ketaatan kepada Allah SWT, dan perbuatan mereka
menunjukkan kepada jalan Allah SWT seperti mengikuti majlis keilmuan dan
sebagainya. Walllahu a’lam
Oleh: Ustadz Zaenal Karomi*
Terima Kasih Anda sudah membaca Artikel Hakikat Taubat Seorang Hamba dan Kami berharap Anda Menghubungi dan menggunakan Layanan Jasa Dari Kami Nusantara Cleaning Yakni Jasa Cleaning Service Rumah Kantor Pabrik, Jasa Poles Lantai Marmer, Teraso, Acian, Semen, Beton, Keramik, Jasa Pembersihan Kaca, Jasa Pembersihan Kamar Mandi dan Toilet
0 Response to "Hakikat Taubat Seorang Hamba"
Post a Comment